Akupunktur Bisa Jadi Alternatif Atasi Depresi Ibu Hamil

akupunktur
JAKARTA--Perempuan hamil yang mengalami depresi mungkin saja perlu mendapatkan penanganan alternatif, salah satunya dengan mengikuti terapi akupunktur. Demikian kesimpulan studi yang dipublikasikan Jurnal issue of Obstetrics & Gynecology.

Riset itu mengungkapkan perempuan hamil yang mengikuti terapi akupunktur memperoleh kondisi jauh lebih baik (63%) ketimbang perempuan hamil yang hanya mengikuti terapi messege atau akupuntur biasa (44%).

"Kami coba menggunakan terapi akupunktur sebagai basis penanganan perempuan hamil yang mengalami depresi. Hasilnya cukup positif," tegas Rachel Manber, Professor dari Stanford University School of Medicine Sleep Medicine Center, Redwood City, California, AS seperti dikutip dari Healthday, Selasa (23/2).

Dia menambahkan, akupunktur yang digunakan pada studi bukanlah akupunktur biasa melainkan sebuah terapi yang didesain khusus. Sayangnya, kesimpulan itu menimbulkan pertanyaan besar. Apakah modifikasi akupunktur tidak berbahaya bila digunakan secara umum. Terlebih, kondisi riset tentu berbeda dengan fakta yang ada.

Dr. Shari Lusskin, Direktur Psikiatri Reproduksi, Universitas New York berpendapat terapi yang digunakan seharusnya diujicobakan lebih lanjut. "Menyenangkan melihat adanya alternatif penanganan dalam persoalan keilmuan, dan studi ini harus melihat riset yang dilakukan sebelumnya. Studi harus dilakukan dalam skala yang besar," tegasnya.

"Terapi akupunktur merupakan salah satu alternatif penanganan, dan mungkin saja menjadi bentuk penangan lain diluar peralatan medis. Tapi akupunktur bukanlah pengganti untuk penggunaan obat antidepresan yang sejauh ini kerap digunakan," tambahnya.

Ihwal masalah depresi saat masa kehamilan, total 20% dari perempuan pernah mengalami hal itu. Gejala yang terjadi antara lain, perasaan gundah, tidak tenang dan putus asa selama 2 minggu. Tak hanya itu, gejala lainnya sebagian dari ibu merasa tidak "sehati" dengan janin yang dikandungnya. Bahkan gejala yang lebih buruk adalah munculnya keinginan bunuh diri.

Sebelumnya, riset yang digawangi manber dan kolega melibatkan 150 perempuan hamil yang didiagnosa dokter mengalami depresi. Kondisi itu umumnya dialami ketika usia kehamilan pada usia 12-30 minggu. Kemudian, Manber membuat 3 kelompok secara random.

Kelompok pertama terdiri dari 52 orang yang ditangani dengan terapi akupuntur secara spesifik, kelompok kedua berjumlah 49 orang ditangani dengan terapi akupuntur biasa dan sisanya ditangani dengan terapi messege.

Masing-masing kelompok mendapati penanganan per dua minggu setiap bulan pertama. Pada bulan kedua, masing-masing kelompok mendapatkan penanganan perminggu setiap bulannya. Waktu yang dihabiskan untuk terapi dari masing-masing kelompok adalah 25 menit.

Hasilnya, para peneliti mencatat, 63% dari perempuan yang mendapatkan penanganan lewat akupuntur khusus
Mengalami penurunan gejala depresi sebesar 50%. Sementara kelompok yang mendapatkan penanganan akupuntur biasa dan massege hanya mengalami penurunan gejala sebesar 44,3%.

"Kami menemukan penanganan pasien lewat akupunktur khusus mendapatkan manfaat yang lebih baik tapi tidak bearti, penggunaan akupuntur biasa atau messege tidak efektif," tegasnya.

Ihwal hal itu, Luskin menilai kebanyakan perempuan beranggapan menggunakan obat antidepresi aman bagi bayi mereka, dan pihaknya menemukan data yang menyatakan penggunaan obat antidepresi terhitung aman. Meski demikian, ia menyarankan agar pasien bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Sumber : http://www.republika.co.id
Kamis, 25 Februari 2010